Politik parpol
>> Minggu, 28 Februari 2010
Parpol Mainkan Politik Dramaturgi
Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan banyak parpol yang sebenarnya tengah memainkan ''politik dramaturgi'' atau sandiwara politik dalam pusaran Century. Di satu sisi, sebagian elite tetap menampilkan kesan kritis karena tidak ingin kehilangan muka di tengah masyarakat.
Elite yang lain dari parpol yang sama terus membangun komunikasi politik dan melakukan negosiasi di belakang layar. ''Jadi, mereka sebenarnya tahu sama tahu dan saling memahami kompleksitas politik di internal partai masing-masing,'' kata Burhan di Jakarta kemarin (27/2).
Secara terbuka, Buhan menyatakan tidak begitu yakin bahwa Amien Rais tidak mengetahui keputusan PAN untuk tidak menyebut nama pejabat yang paling bertanggung jawab dalam pandangan akhir fraksi. Menurut Burhan, Hatta Rajasa pasti sudah memberikan semacam ''brifing'' mengenai arah sikap PAN.
''Meskipun pandangan fraksi sudah jelas pro-Demokrat, Amien Rais tetap diberi ruang seluas-luasnya untuk membangun citra PAN yang sangat kritis. Ini politik dua wajah,'' ujarnya.
Model permainan politik yang penuh sandiwara itu, tegas Burhan, juga dimainkan FPPP. Ada anggota pansus yang keras, ada juga elite partai yang bersikap lunak. ''Mereka sebenarnya tahu sama tahu peran masing-masing,'' ujar peneliti senior di Lembaga Survei Indonesia (LSI) itu.
Konflik yang cukup riil, menurut Burhan, muncul di FPKB. Dia mendengar kelompok Marwan Jafar (ketua FPKB) beserta Lili Wahid sangat kecewa dengan pilihan Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar yang dianggap terlalu pro-SBY.
Partai Golkar, sambung dia, juga rawan dengan friksi internal. Tidak seperti parpol lain, Golkar mempunyai banyak elite yang tidak terlalu dominan antara satu sama lain. Kubu Agung Laksono dan Akbar Tandjung cenderung meminta Golkar tidak terlalu konfrontatif. Sebaliknya, kubu Aburizal Bakrie atau Ical justru sangat konfrontatif.
''Kabarnya, saat pandangan akhir fraksi, Golkar menyiapkan lebih dari dua draf. Mana yang dikeluarkan tergantung perkembangan terakhir di luar,'' kata Burhan.
Menurut Burhan, ending friksi-friksi itu tergantung pada hasil sidang paripurna. Kalau sidang paripurna dimenangkan kubu Demokrat, faksi-faksi yang sebelumnya tidak satu pendapat dengan jalur mainstream akan mengikuti ijtihad itu.
0 komentar:
Posting Komentar